WhatsApp Image 2019-02-25 at 12.24.41

Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang menyelenggarakan kegiatan seminar dengan mengangkat tema “Kurikulum dan Tantangan Pendidikan Indonesia – Malaysia” (25/2). Kegiatan seminar diadakan pada hari Senin, 25 Februari 2019 yang dimulai pada pukul 08.00 – 12.00 WIB di Aula Ki Hadjar Dewantara FIS UM. Acara seminar ini dibuka langsung oleh Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd selaku Dekan FIS UM. Dalam kegiatan seminar ini, Jurusan Sosiologi mengundang pembicara dari Negara Malaysia yaitu Azmil Mohd Tayeb Dr., Ph.D., M.A., B.Sc. selaku Dosen Senior di Political Science Section, School of Social Sciences, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia. Selain itu, dalam kegiatan ini juga mengundang pembicara dari Kemendikbud yaitu, Dr. E. Oos M. Anwas, M.Si selaku Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemendikbud. Kegiatan seminar ini juga dimoderatori oleh Alan Sigit Fibrianto, S.Pd, M.Sos. selaku Dosen Jurusan Sosiologi FIS UM.

              Menurut Dr. E. Oos M. Anwas, M.Si, terdapat 3 (tiga) hal terpenting dalam Kurikulum, antara lain: (1) Terkait Teknis/ Dokumen/ Cita-cita/ Intended; (2) Implementasi/ Penerapan; dan (3) Achieved/ Hasil. Anwas menjelaskan bahwa yang paling sulit dan merupakan tantangannya adalah pada poin kedua yaitu pada tahap implementasi/ penerapannya, khususnya di Era Revolusi Industri 4.0 sekarang ini. Era sekarang ini merupakan era Big Data di mana segala macam informasi dapat diakses melalui jaringan internet/ online. Maka, menurut Anwas, perlunya mengembangkan potensi para pengajarnya agar dapat mengawal dan menjawab tantangan jaman dari sektor pendidikan. Hal ini bertujuan agar SDM guru di Indonesia dapat memiliki sikap kritis, kreatif, inovatif, serta aksesibel terhadap perkembangan teknologi, sehingga Era Big Data ini dapat dimanfaatklan secara maksimal dalam proses pembelajaran. Selain itu, Anwas menekankan bahwa tugas guru yang sebenarnya bukan hanya “Mengajar” akan tetapi lebih kepada “Mendidik”, karena menurutnya dengan mendidik maka guru akan lebih memiliki sikap empati, dan sikap inilah yang harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik di Indonesia. Jadi, mengajar dengan hati, tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik dan mampu memahami karakter peserta didiknya. Tantangan yang nyata adalah bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang multikultur, maka dalam implementasinya Kurikulum dapat disesuaikan dengan masing-masing daerah dengan fokus kearifan lokal masing-masing daerah, namun tetap mengacu pada Kurikulum di pusat.WhatsApp Image 2019-02-25 at 12.23.50

             Menurut Azmil Mohd Tayeb Dr., Ph.D., M.A., B.Sc., tantangan pendidikan juga dialami oleh Negara Malaysia. Perubahan kurikulum pendidikan di Malaysia tidak lepas dari faktor sejarah. Menurut Azmil, tantangan utamanya adalah terkait nilai-nilai toleransi dan pluralisme. Terdapat dominasi etnis dalam sektor-sektor pendidikan, khususnya mengenai pilihan dalam bersekolah. Dampak negatif dari hal ini yaitu nampak pada hubungan antar etnis dan agama, serta Sistem Pendidikan Nasional yang konservatif. Titik tekan tantangan pendidikan di Malaysia yaitu terletak pada Etnisitas, Agama, dan bahkan Bahasa, karena Bahasa di Malaysia memunculkan segregasi kelompok (orang Malaysia menggunakan Bahasa Melayu, orang Cina menggunakan Bahasa Mandarin, orang India menggunakan Bahasa Tamil, dan lain sebagainya), dalam kehidupan sehari-hari mereka mengelompok berdasarkan etnis mereka masing-masing bahkan dalam sektor pendidikan sekalipun. Ketiga hal ini yang mempengaruhi karakter pendidikan di Malaysia.

WhatsApp Image 2019-02-25 at 12.23.00

Need Help? Chat with us