Mahasiswa melakukan kunjungan ke Desa Tenganan Pegringsingan

Mahasiswa semester 3 Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Malang angkatan 2022 telah menyelesaikan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan pada Senin, 23 Oktober hingga Jumat, 27 Oktober 2023 dengan didampingi lima orang dosen pembimbing lapangan. Adanya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) bertujuan agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan serta keterampilan yang berkaitan dengan ilmu yang didapatkan di kelas seperti konsep dan teori untuk mengenal dan mendalami lingkungan sosial kemasyarakatan secara langsung. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya menguasai pengetahuan dengan teori dan konsep saja tetapi dapat pula mengenal dan mengidentifikasi praktik penerapannya dalam bentuk yang sesungguhnya. Kegiatan KKL sangat penting untuk pengembangan materi kuliah, mengingat kajian sosiologi dalam mata kuliah tertentu membutuhkan sebuah kajian di lapangan.

Kegiatan KKL mahasiswa sosiologi angkatan 2022 berlokasi di beberapa tempat di wilayah Pulau Bali. Beberapa lokasi yang dijadikan tempat untuk melakukan penelitian seperti pada Desa Pegringsingan dan Desa Trunyan. Kedua lokasi wilayah tersebut berada pada lokasi kabupaten yang berbeda, seperti pada Desa Pegrisingan masuk di Kabupaten Karangasem sedangkan Desa Trunyan masuk di Kabupaten Kintamani.

Kedua Desa tersebut dipilih oleh Pihak Departemen sosiologi dikarenakan memiliki latar belakang adat istiadat dan budaya yang hingga kini dilestarikan secara turun temurun dan memiliki nilai kebudayaan yang sakral dengan didasari oleh kepercayaan masyarakat masing-masing. Pada kunjungan pertama, Mahasiswa Sosiologi mengunjungi Desa Trunyan dimana pada lokasi tersebut terdapat kebudayaan yang dimana masyarakat Trunyan memiliki ciri khas keunikan tersendiri dalam melakukan proses pemakaman dengan cara meletakkan pada tempat pemakaman tanpa melakukan penguburan yang disebut dengan Mepasah. selain itu, Desa Trunyan dapat dikatakan tingkat pendidikan masih dibilang terpinggir dibandingkan dengan daerah yang ada di bali pada umumnya. Hal ini dapat dibuktikan pada waktu melakukan kunjungan di daerah Trunyan terdapat 1 Sekolah pada tingkat Sekolah Dasar sebagai fasilitas pembelajaran bagi anak-anak yang tinggal di Desa Trunyan. Sedangkan pada tingkat SMP dan SMA berada pada luar wilayah desa tersebut sehingga bagi remaja yang meneruskan tingkat sekolah tersebut harus tinggal diluar wilayah rumah halaman mereka. Sekolah dasar yang terdapat di Desa Trunyan yakni SDN 1 Terunyan, yang sudah berdiri sejak tahun 1974. Sistem kurikulum pada SDN 1 Terunyan menerapkan kurikulum merdeka sesuai dengan anjuran pemerintah. Namun, Kepala Sekolah SDN 1 Terunyan mengaku bahwa dalam interpretasi penerapan kurikulum merdeka seperti pada kegiatan P5 akan direalisasikan secara dinamis dengan menyesuaikan kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki SDN 1 Trunyan. Selain itu, hanya 12  tenaga pendidik di SDN tersebut serta hanya pria saja yang dipekerjakan di sana. Karena melihat kondisi jalan menuju ke SDN 1 Terunyan yang tidak efisien untuk tenaga pendidik perempuan. Kepala Sekolah SDN 1 Terunyan, berharap agar kelak, siswa-siswi yang telah lulus dari sekolah ini dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi agar mampu menjadi pendidik yang kompeten. Serta bersedia untuk kembali ke Desa Trunyan, khususnya bersedia untuk menjadi pendidik atau guru di SDN 1 Terunyan.

Mahasiswa melakukan kunjungan di SDN 1 Terunyan

Sesi diskusi dengan pihak Desa Trunyan dan pemangku adat setempat

 

Hari kedua mahasiswa Sosiologi melakukan KKL pada wisata adat yang kedua, berupa desa adat yang adat istiadatnya masih terjaga dan masih melestarikan budaya adatnya, yaitu Desa Tenganan Pegringsingan yang berada di Kabupaten Karangasem Bali. Dahulu Desa Pegringsingan berasal dari Desa Peneges yang saat itu berada di kerajaan Bedahulu, kerajaan ini dipimpin oleh raja  yang sakti dan sombong. Suatu ketika raja ini kehilangan salah satu kudanya dan memberikan perintah kepada orang-orang untuk mencari kudanya, ada yang mencari ke timur dan ada juga mencari ke barat. Suatu ketika kudanya telah ditemukan di timur, namun kuda tersebut sudah menjadi bangkai, kuda yang sudah menjadi bangkai ditemukan oleh Ki Patih Tunjung Biru, yang merupakan tangan kanan sang raja. Atas kesetiaannya Ki Patih Tunjung Biru diberikan  wewenang oleh sang raja untuk mengatur daerah tersebut selama aroma dari bangkai kuda masih tercium. Ki Patih pun kemudian memotong bangkai kuda menjadi beberapa potongan dan menyebarkan sejauh mungkin guna mendapat wilayah yang luas. Menurut Kerajaan Bali Kuno, di tanah tersebut Ki patih Tunjung Biru memperoleh kuasa sebagai menteri kerajaan. Desa pegringsingan merupakan salah satu tipe desa Bali Aga atau Bali Mula yang merupakan Penduduk asli Bali yang kurang dipengaruhi oleh Kerajaan Hindu Jawa.

Mahasiswa sedang mengamati proses pembuatan kerajinan ukir yang dibuat di atas daun lontar Pangrupak

Mahasiswa sedang melakukan KKL di Desa Pegringsingan dengan dipandu tour guide

Adanya kunjungan budaya sebagai karakteristik atau identitas masyarakat desa Tenganan Pegringsingan, dapat mengajarkan mahasiswa dapat mengenal salah satu budaya yang masih terjaga kelestariannya di desa tenganan pegringsingan adalah hukum pemerintahan desa Tenganan Pegrisingan. Ada lima point pemangku adat yang dianggap secara umum disebut sebagai pemimpin. Apabilah dari lima point pemangku adat keluarga besar tersebut melakukan kesalahan maka kekuasaan yang mereka punya dapat bergeser hingga dicabut kalau memenuhi 3 kriteria kesalahan yang disyaratkan oleh masyarakat secara turun temurun. Yangmana ketiga kriteria kesalahan tersebut, yang pertama yaitu jika Pemangku Adat tersebut meninggal, yang kedua jika Pemangku Adat tersebut bercerai, dan terakhir jika Anak Pemangku Adat tersebut menikah, kebudayaan yang masih ada tersebut yang menjadikan sebagai salah satu keunikan dari Desa Pegringsingan.

 

 

 

 

Need Help? Chat with us